Gambar 1. Capung biasa (dragonfly) yang gtergolong dalam subordo Anisoptera |
Capung adalah kelompok serangga yang bertubuh langsing dengan
abdomen panjang dan dua pasang sayap. Anggota kingkom Animalia ini memiliki
mata majemuk yang terdiri dari 30.000 lensa sehingga penglihatannya sangat
luas. Predator kecil ini juga mulut pengunyah.
Di dalam ilmu biologi, capung dikenal dengan ordo Odonata. Hewan
penghuni daerah perairan ini terdiri dari sekitar 5.000 spesies. Capung dibagi
menjadi dua macam, yaitu capung biasa dan capung jarum. Capung biasa tergolong
dalam subordo Anisoptera yang terdiri dari 7 famili. Sedangkan capung
jarum tergolong dalam subordo Zygoptera yang terdiri dari 19 famili.
Capung dewasa sering bertengger di daun, ranting ataupun bebatuan.
Capung jenis Zygoptera pada
umumnya lebih suka bertengger di tempat yang tidak terkena mata hari langsung,
misalnya dibawah naungan pohon besar. Walaupun beberapa spesies lebih suka
berkeliaran di sore atau malam hari, pada umumnya kelompok Anisoptera
lebih suka berada di daerah yang terkena panas.
Siklus hidup capung terdiri dari tiga tahap, yaitu telur, larva dan
imago. Siklus ini dimulai ketika capung dewasa mencari pasangan. Untuk jenis Zygoptera,
capung jantan biasanya mendekati capung betina dengan cara terbang
mengintarinya. Pada proses ini, sering terjadi persaingan antar jantan. Capung
jantan yang menang akan mengawini capung betina. Capung subordo Anisoptera
pada umumnya kawin di udara. Sedangkan capung jenis Zygoptera melakukan
perkawinan sambil bertengger.
Gambar 1. Vestalis luctuosa adalah salah satu jenis capung jarum (damsefly) yang tergolong dalam subordo Zygoptera |
Setelah selesai kawin, capung betina akan meletakkan telurnya di
bawah permukaan air. Biasanya telur diletakkan di ditanaman air, tetapi ada
sebagian capung yang suka meletakkan telurnya di dalam lumpur. Setelah beberapa
hari, telur akan menetas menjadi larva. Istilah larva capung sering dikenal dengan
nimfa atau naiad. Nimfa ini sering ditemui di daerah perairan yang berair
jernih, seperti sungai, danau, kolam dan sebagainya.
Apabila habitat air terganggu, maka daur hidup hewan berdarah jala
juga akan terganggu. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa kualitas ekosistem
perairan dapat ditunjukkan oleh keberadaan capung di daerah tersebut. Nimfa
capung tidak dapat hidup di dalam air yang tercemar. Sehingga capung hanya
dapat di temui di daerah-daerah yang airnya bersih.
No comments:
Post a Comment