SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI...... TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA...... Putra Kalimas: Capung (Odonata)

Tuesday, December 25, 2012

Capung (Odonata)


Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau. Indonesia diapit oleh dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Posisi ini membuat Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, baik tumbuhan maupun hewan.  Mulai dari vertebrata seperti ikan, mamalia, burung, amfibi, dan reptil  sampai hewan yang tanpa tulang belakang khususnya serangga. Hal ini juga didukung oleh kondisi daerah di Indosia yang memiliki suhu sedang dan memiliki ekosistem yang kondusif.
Serangga termasuk kelompok Arthropoda, memiliki keanekaragaman tertinggi. Salah satu serangga yang banyak terdapat di Indonesia adalah Capung. Odonata atau capung merupakan salah satu ordo di dalam kelompok Arthopoda. Jumlah capung yang melimpah terutama terdapat di kawasan tropis seperti Indonesia karena di kawasan ini terdapat berbagai macam habitat. Dari sekitar 7.000 spesies Odonata yang telah terindetifikasi di seluruh dunia, di Indonesia terdapat sekitar 750 spesies capung.
Capung dapat digunakan sebagai parameter kualitas air dan pencemaran lingkungan. Selain itu, capung juga dapat berfungsi sebagai serangga predator, baik dalam bentuk nimfa maupun dewasa, dan memangsa berbagai jenis serangga serta organisme lain termasuk serangga hama tanaman padi. Sehingga serangga penerbang ulung ini perlu dilestarikan keberadaannya.
Odonata adalah kelompok serangga yang berukuran sedang sampai besar dan seringkali berwarna menarik. Serangga ini menggunakan sebagian besar hidupnya untuk terbang. Capung juga memiliki tubuh yang langsing dengan dua pasang sayap, dan memiliki pembuluh darah jala. Selain itu capung juga memiliki antenna pendek yang berbentuk rambut, kaki yang berkembang baik, alat mulut tipe pengunyah, mata majemuk yang besar, abdomen panjang dan langsing (Ansori).

A.                Klasifikasi Capung
Capung termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, klas Insecta, dan ordo Odonata. Ordo Odonata dibagi ke dalam dua subordo yaitu Zygoptera dan Anisoptera. Kedua subordo ini memiliki beberapa perbedaan yang dapat dilihat pada Tabel 1. Subordo Anisoptera memiliki tujuh famili, sedangkan famili yang termasuk subordo Zygoptera sebanyak 19 famili seperti tertera pada Tabel 2 (Hidayah, 2008)
Tabel 1. Perbedaan umum antara capung Anisoptera dan Zygoptera
No
Karakter
Subordo
Anisoptera
Zygoptera
1
Sayap
Sayap belakang relatif lebar, posisi sayap horizontal ketika hinggap, penerbang ulung
Ukuran sayap sama dan menempit pada bagian dasar, posisi vertikal ketika istirahat, penerbang lemah
2
Mata
Mata tidak memproyeksikan sisi kepala
Bentuk mata bulat dan menonjol
3
Ovipositor
Kebanyakan famili
memiliki ovipositor
yang tereduksi
Capung betina memiliki ovipositor yang sempurna
4
Naiad
Naiad dilengkapi dengan insang
Bentuk naiad ramping dengan insang kauda seperti dayung
Sumber : William dan Feltmate dalam Hidayah(2008)
Tabel 2 Pengelompokkan famili berdasarkan subordo
No
Sub Ordo
Famili
1
Anisoptera

1.      Aeshnidae
2.      Gomphidae
3.      Neopetallidae
4.      Petaluridae
5.      Cordulegastridae
6.      Corduliidae    
7.      Libellulidae
2
Zygoptera
1.      Coenagrionidae
2.      Megapodagrionidae
3.      Hemiphlebiidae
4.      Isostictidae
5.      Platycnemididae
6.      Platystictidae
7.      Protoneuridae
8.      Pseudostigmatidae
9.      Lestidae
10.  Lestoideidae
11.  Perilestidae
12.  Pseudolestidae
13.  Synlestidae
14.  Amphipterygidae
15.  Calopterygidae
16.  Chlorocyphidae
17.  Dicteriastidae
18.  Euphaeidae
19.  Polythoridae
Sumber : William dan Feltmate dalam Hidayah (2008)
B.                 Habitat Capung
Habitat Odonata menyebar luas, di hutan-hutan, kebun, sawah, sungai dan danau, hingga ke pekarangan rumah dan lingkungan perkotaan. Ditemukan mulai dari tepi pantai hingga ketinggian lebih dari 3.000 m dpl. Beberapa jenis capung, umumnya merupakan penerbang yang kuat dan luas wilayah jelajahnya. Beberapa jenis yang lain memiliki habitat yang spesifik dan wilayah hidup yang sempit (Ansori).
Capung dewasa sering terlihat di tempat-tempat terbuka, terutama di perairan tempat berbiak dan berburu makanan. Sebagian besar capung hinggap pada pucuk rumput, perdu dan tanaman yang tumbuh di sekitar kolam, sungai, parit atau genangan-genangan air lainnya. Capung melakukan kegiatan pada siang hari ketika matahari bersinar. Oleh karena itu, ketika cuaca cerah, capung akan terbang sangat aktif dan sulit untuk didekati. Pada dini hari, senja hari, dan saat matahari terbenam, kadang-kadang capung relatif mudah didekati (Susanti dalam Hidayah, 2008).

C.                Morfologi Capung
Capung memiliki mata yang mampu melihat ke segala arah dengan dilengkapi mata majemuk, tiga oseli (William & Feltmate 1992) dan bulu pendek menyerupai antena serta tipe mulut mandibulata (Gullan & Cranston 2000). Toraks relatif kecil dan kompak (protoraks dan dua ruas toraks lainnya berukuran kecil) dan pada permukaan dorsal terdapat pterotoraks yang berada di antara pronotum dan dasar sayap yang terbentuk oleh sklerit-sklerit pleura.
Capung memiliki tungkai relatif pendek yang merupakan bentuk adaptasi untuk hinggap, menangkap dan menahan mangsa. Tungkai terdiri dari trokanter dan femur kuat; tibia yang ramping tanpa taji dan tiga ruas tarsi. Pada tibia capung famili Corduliidae dan Cordulegastridae terdapat beberapa duri.
Keempat sayap Odonata memanjang dan terdapat banyak venasi. Ukuran panjang sayap capung dewasa berkisar antara 2 cm sampai 15 cm bahkan bisa mencapai 17 cm. Abdomen berbentuk memanjang agak silindris, terdiri dari beberapa ruas, meruncing ke ujung. Abdomen Odonata mempunyai sepuluh ruas yang bersifat fleksibel. Ruas pertama sampai kedelapan terdapat spirakel sebagai alat bantu pernafasan bagi capung. Ukuran abdomen pada ruas pertama, kedua, kedelapan, dan kesepuluh lebih pendek daripada ruas lain (Hidayah, 2008).

D.                Bioekologi Capung
Periode pematangan reproduksi capung terjadi selama dua sampai 30 hari (Zygoptera) sedangkan periode pematangan subordo Anisoptera yang berada di daerah iklim sedang berlangsung selama enam sampai 45 hari yang dipengaruhi oleh jenis spesies, cuaca, lingkungan dan habitat. Masa reproduksi berlangsung selama satu sampai delapan minggu. Periode pematangan berlangsung sejak kemunculan naiad sampai kematangan seksual yang melibatkan; perubahan warna tubuh, warna sayap, perkembangan alat kelamin, ukuran dan kemunculan ektoparasit tertentu (tungau), dan pertumbuhan jumlah lapisan pada endokutikula. Selama periode ini, capung dewasa menyebar tergantung tempat bernaung dan keberlanjutan habitat. Masa reproduktif dimulai ketika capung dewasa mulai menunjukkan perilaku seksual, oviposisi, dan periode terbang (William & Feltmate dalam Hidayah, 2008).
Pada beberapa jenis, capung jantan yang siap kawin memiliki kebiasaan untuk menguasai suatu ‘wilayah’. Capung jantan umumnya berwarna cerah atau lebih mencolok daripada betina. Warna yang mencolok ini membantu menunjukan wilayahnya kepada jantan lain. Perkelahian diantara capung-capung jantan sering terjadi dalam memperebutkan wilayah masing-masing.
Bila ada seekor capung betina terbang mendekati salah satu wilayah, maka jantan penghuni akan mencoba mengawininya. Capung melakukan perkawinan sambil terbang, umumnya disekitar perairan ; dengan menggunakan umbai ekornya, capung jantan akan mencegnkeram bagian belakang kepala capung betina. Kemudian capung betina akan membengkokkan ujung perutnya menuju alat kelamin jantan – yang sebelumnya sudah terisi sel-sel sperma. Keadaan ini membentuk  posisi yang menarik seperti lingkaran yang disebut “roda perkawinan”. Setelah berhasil, sperma akan memasuki tubuh capung betina dan membassahi telur-telurnya (Herin, 2011).
Anisoptera bersanggama sementara di penerbangan, laki-laki mengangkat perempuan dalam udara. Zygoptera bersanggama sementara bertengger, kadang-kadang terbang ke bertengger baru. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk kopulasi sangat bervariasi. Sanggama udara dapat berlangsung detik hanya untuk satu atau dua menit. Bertengger sanggama biasanya berlangsung dari lima sampai sepuluh menit. Persaingan antara laki-laki intraspecific untuk wanita adalah sengit. Ia bahkan telah menemukan bahwa dalam beberapa spesies Odonata, laki-laki akan menghapus semua sperma laki-laki saingan dari tubuh seorang wanita sebelum mentransfer spermanya sendiri. Spesies ini dilengkapi dengan “sendok” di ujung perut jantan yang digunakan untuk tujuan ini. (Herin, 2011)
Sebelum melakukan kopulasi, capung jantan memindahkan sperma dari lubang kelamin primer  pada ruas abdomen kesembilan ke lubang kelamin sekunder betina. Ketika kopulasi, leher capung betina atau protoraks dipegang dengan tungkai capung jantan dan sepasang capung ini terbang menggunakan tandem yang biasanya digunakan untuk hinggap. Capung betina membengkokan abdomen ke depan hingga mencapai lubang kelamin sekunder pada jantan. Sebelum memindahkan sperma, capung jantan membersihkan sisa sperma dari jantan sebelumnya yang terdapat pada capung betina. Kopulasi berlangsung selama beberapa menit atau beberapa jam tergantung jenis spesies (Hidayah, 2008).

Daftar Pustaka

Ansori, I. KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT. Bengkulu: universitas bengkulu.
FOBI. (2010, Januari 27). Dipetik November 21, 2012, dari ODONATA: http://www.fobi.web.id/fbi/v/odonata/
FOBI. (2010, June 23). Dipetik NOVEMBER 21, 2012, dari CALOPTERYGIDAE : http://www.fobi.web.id/fbi/v/odonata/f-cal/
Herin. (2011, Maret 27). hae_ryn's blog. Dipetik November 21, 2012, dari ODONATA: http://haeryn.wordpress.com/
Hidayah, S. N. (2008). KEANEKARAGAMAN DAN AKTIVITAS CAPUNG (ORDO : ODONATA) DI KEBUN RAYA BOGOR. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Indonesia Dragonfly Society. (t.thn.). Diambil kembali dari http://indonesiadragonfly.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment