SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI...... TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA...... Putra Kalimas: Capung sebagai Indikator Perairan

Friday, January 4, 2013

Capung sebagai Indikator Perairan


Gambar 1. Capung biasa (dragonfly) yang gtergolong dalam subordo Anisoptera
Capung adalah kelompok serangga yang bertubuh langsing dengan abdomen panjang dan dua pasang sayap. Anggota kingkom Animalia ini memiliki mata majemuk yang terdiri dari 30.000 lensa sehingga penglihatannya sangat luas. Predator kecil ini juga mulut pengunyah.
Di dalam ilmu biologi, capung dikenal dengan ordo Odonata. Hewan penghuni daerah perairan ini terdiri dari sekitar 5.000 spesies. Capung dibagi menjadi dua macam, yaitu capung biasa dan capung jarum. Capung biasa tergolong dalam subordo Anisoptera yang terdiri dari 7 famili. Sedangkan capung jarum tergolong dalam subordo Zygoptera yang terdiri dari 19 famili.
Capung dewasa sering bertengger di daun, ranting ataupun bebatuan. Capung jenis  Zygoptera pada umumnya lebih suka bertengger di tempat yang tidak terkena mata hari langsung, misalnya dibawah naungan pohon besar. Walaupun beberapa spesies lebih suka berkeliaran di sore atau malam hari, pada umumnya kelompok Anisoptera lebih suka berada di daerah yang terkena panas.
Siklus hidup capung terdiri dari tiga tahap, yaitu telur, larva dan imago. Siklus ini dimulai ketika capung dewasa mencari pasangan. Untuk jenis Zygoptera, capung jantan biasanya mendekati capung betina dengan cara terbang mengintarinya. Pada proses ini, sering terjadi persaingan antar jantan. Capung jantan yang menang akan mengawini capung betina. Capung subordo Anisoptera pada umumnya kawin di udara. Sedangkan capung jenis Zygoptera melakukan perkawinan sambil bertengger.
Gambar 1. Vestalis luctuosa adalah salah satu jenis capung jarum (damsefly) yang tergolong dalam subordo Zygoptera 
Setelah selesai kawin, capung betina akan meletakkan telurnya di bawah permukaan air. Biasanya telur diletakkan di ditanaman air, tetapi ada sebagian capung yang suka meletakkan telurnya di dalam lumpur. Setelah beberapa hari, telur akan menetas menjadi larva. Istilah larva capung sering dikenal dengan nimfa atau naiad. Nimfa ini sering ditemui di daerah perairan yang berair jernih, seperti sungai, danau, kolam dan sebagainya.
Apabila habitat air terganggu, maka daur hidup hewan berdarah jala juga akan terganggu. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa kualitas ekosistem perairan dapat ditunjukkan oleh keberadaan capung di daerah tersebut. Nimfa capung tidak dapat hidup di dalam air yang tercemar. Sehingga capung hanya dapat di temui di daerah-daerah yang airnya bersih.

No comments:

Post a Comment